Cara Promosi Kue di WA Biar Orderan Ngalir

Table of Contents

Cara Promosi Kue di WA Biar Orderan Ngalir - Syam Hady

Cara Promosi Kue di WA Biar Orderan Ngalir - Syam Hady | syamhady.com

Halo Anda yang jualan kue dan ingin dagangan makin laris manis lewat WhatsApp, selamat datang!

Saya mau ajak Anda ngobrol santai tapi serius soal satu topik yang penting banget buat para pejuang adonan seperti kita, yaitu cara promosi kue di WA.

Karena jujur, kalau kita cuma andelin status WA doang tapi nggak ngerti strateginya, ya siap-siap status kita cuma ditonton doang kayak sinetron jam tujuh, nggak ada yang order.

Sementara di luar sana, banyak juga loh yang udah sukses jualan brownies, bolu, donat, sampai kue tart, cuma lewat WA aja!

Mereka tahu caranya bikin pelanggan betah mantengin status, nungguin promo, dan akhirnya ngeluarin uang buat beli.

Dan kabar baiknya, Anda juga bisa kayak mereka.

Karena hari ini saya akan bongkar tuntas semua jurus cara promosi kue di WA yang udah terbukti ampuh dan bisa langsung Anda praktekin, bahkan kalau Anda baru jualan sekalipun.

Saya tahu rasanya jualan kue itu nggak gampang.

Kita bukan cuma harus bikin rasa enak, tapi juga harus pintar narik perhatian orang biar mereka beli.

Apalagi sekarang banyak banget saingan.

Makanya, saya mau bantu Anda punya strategi yang nggak cuma cakep di teori, tapi beneran bisa ngangkat omset.

Kita bahas bareng-bareng mulai dari cara bikin status yang bikin ngiler, teknik broadcast yang sopan tapi menggoda, sampai cara closingan biar pelanggan susah nolak.

Tenang, ini bukan seminar motivasi kok.

Kita bahasnya santai, pake bahasa warung kopi, tapi isinya tetap daging.

Jadi siap-siap ya, Anda bakal dapet banyak ide baru yang bisa langsung di-action-in hari ini juga.

Karena saya percaya, kue Anda itu pasti enak, tinggal promonya aja yang harus lebih jago!

Kenapa WhatsApp itu penting banget buat jualan kue

WhatsApp itu ibarat etalase digital paling pribadi yang kita punya.

Semua orang buka WA setiap hari, bahkan bisa sampai 100 kali sehari.

Dan beda sama media sosial lain, pesan kita di WA itu langsung nongol di layar HP pelanggan.

Bayangin, sekali kirim status atau broadcast, peluang dilihatnya tinggi banget.

Makanya sayang banget kalau Anda belum maksimalkan WA buat promosi kue Anda.

Ini tempat paling enak buat bangun kedekatan, nawarin menu baru, sampai ngasih diskon spesial.

Kalau tahu caranya, WA bisa jadi mesin penghasil order harian.

Pahami siapa target pembeli Anda dulu

Ini nih yang sering dilewatkan banyak orang pas promosi.

Kita langsung jualan tanpa mikir, sebenernya siapa sih yang cocok beli kue kita?

Apakah ibu-ibu komplek yang doyan ngemil sore?

Atau anak-anak muda yang suka dessert kekinian?

Kalau Anda asal broadcast ke semua orang tanpa tahu siapa mereka, ya hasilnya bakal zonk.

Coba mulai dengan bikin list kontak yang udah pernah beli atau tertarik sama kue Anda.

Lalu pisahkan jadi beberapa grup target.

Dengan begitu, Anda bisa kasih promo dan bahasa yang tepat ke orang yang tepat juga.

Ibaratnya jangan nawarin kue ulang tahun ke anak kos akhir bulan ya, bos.

Mereka lebih butuh diskon mie instan daripada buttercream!

Optimalkan status WhatsApp biar bikin orang ngiler

Status WA itu kayak billboard gratis di jalan raya digital.

Sayangnya, banyak yang cuma upload foto kue blur dan caption seadanya.

Pelanggan yang lihat pun cuma lewat aja tanpa rasa lapar.

Saya kasih tipsnya nih biar status Anda makin nendang:

Tips Status WA Penjelasan
Gunakan foto yang jelas dan menggoda Pastikan pencahayaan bagus dan angle fotonya bikin kue terlihat lezat
Pakai caption singkat tapi menggoda Contoh: “Lumer di mulut, enggak cukup satu! Siapa mau nyobain brownies ini?”
Tambahkan call-to-action Misal: “Order hari ini, besok sudah bisa dinikmati!”
Upload di jam aktif Pagi antara jam 6–8 dan malam antara jam 7–9 biasanya paling ramai
Variasikan isi status Jangan cuma jualan terus, bisa diselingi testimoni, behind the scene, atau kuis ringan

Dengan kombinasi visual dan kata-kata yang tepat, status Anda bisa bikin perut orang langsung lapar padahal baru selesai makan.

Dan itu peluang emas buat closing, kan?

Gunakan fitur broadcast dengan strategi yang tepat

Broadcast itu ibarat kita teriak ke semua orang sekaligus, tapi lewat pesan pribadi.

Kalau Anda asal kirim promo ke semua orang, hasilnya bisa bikin orang males bahkan blokir nomor Anda.

Makanya perlu strategi yang cerdas.

Pertama, pastikan nomor Anda sudah disimpan oleh si penerima.

Karena kalau nggak disimpan, pesan broadcast Anda nggak akan masuk ke mereka.

Itu aturan dari WA, bukan dari saya ya, bos!

Kedua, pisahkan daftar broadcast berdasarkan kategori.

Misal: pelanggan lama, pelanggan baru, pelanggan yang suka diskonan, dan lain-lain.

Lalu kirim pesan yang sesuai dengan karakter mereka.

Contoh:

“Halo Kak, brownies favorit Kakak lagi promo lho hari ini cuma Rp25 ribu! Mau saya simpanin satu?”

Lebih personal, lebih enak dibaca, dan peluang dibalesnya lebih besar.

Jangan lupa juga kasih sentuhan nama mereka kalau bisa, itu bikin mereka merasa dihargai.

Dan tolong ya, jangan spam tiap hari.

Nanti pelanggan kabur duluan sebelum sempat nyobain kuenya.

Jangan takut follow-up, tapi pakai pendekatan yang halus

Kita sering takut follow-up karena takut dibilang maksa.

Padahal kenyataannya, banyak pelanggan tuh cuma lupa aja, bukan nggak mau beli.

Mereka udah tertarik, udah nanya-nanya, tapi karena kesibukan, ya kelupaan.

Makanya penting banget buat follow-up secara halus dan sopan.

Coba kirim pesan kayak gini:

“Hai Kak, maaf ganggu. Kemarin sempat nanya soal bolu pandan ya. Masih mau order atau sudah pesan di tempat lain?”

Atau bisa juga dengan nada lebih santai:

“Kak, brownies kita tinggal 3 box lagi nih. Masih jadi pesan nggak ya? Saya tahanin sebentar ya.”

Dengan follow-up yang tepat, bisa banget tuh calon pelanggan berubah jadi pelanggan tetap.

Yang penting jangan baper kalau mereka nggak bales, ya bos.

Bisa jadi HP-nya lagi di-charge, bukan hatinya yang dingin.

Tulis copywriting yang bikin orang langsung lapar

Copywriting itu senjata rahasia buat jualan.

Bukan soal panjang pendeknya tulisan, tapi gimana kata-kata Anda bisa masuk ke hati (dan perut) pembaca.

Misalnya, jangan cuma tulis “Jual kue bolu lembut.”

Coba ganti jadi:

“Bolu pandan super lembut, wangi kelapa parut, manisnya pas di lidah. Sekali gigit, nostalgia masa kecil langsung nyangkut.”

Kata-kata itu bisa membangkitkan emosi dan memicu rasa penasaran.

Gunakan kalimat aktif, pancing imajinasi mereka.

Bikin mereka bisa ‘mencicipi’ rasa kuenya hanya dengan membaca status Anda.

Kalau perlu, tambahkan juga emoji biar kesannya lebih akrab.

Tapi jangan berlebihan, nanti malah kayak spam grup alumni sekolah.

Yang penting, selalu tulis dari hati dan buat seolah-olah Anda sedang ngobrol langsung sama mereka.

Kita jualan ke manusia, bukan ke robot.

Manfaatkan testimoni biar calon pembeli makin percaya

Testimoni itu ibarat bumbu rahasia yang bisa bikin orang makin yakin buat beli.

Pelanggan itu nggak cuma mau lihat foto kue doang, tapi juga pengen tahu apa kata orang lain yang udah nyobain.

Makanya jangan malu minta testimoni ke pembeli yang udah puas.

Cukup bilang, “Kak, boleh dong kasih sedikit ulasan tentang kuenya kemarin. Buat saya share ke status WA.”

Biasanya mereka mau kok, apalagi kalau udah jadi pelanggan setia.

Terus tinggal upload testimoni itu di status WA, atau gabungkan di satu gambar bareng produk Anda.

Kalau bisa, tambahkan nama atau inisial, biar kelihatan nyata.

Dan kalau ada yang ngasih testimoni via voice note, itu lebih keren lagi.

Bisa diubah jadi teks, terus tambahin: “Asli voice note dari pelanggan, bukan settingan.”

Testimoni ini bisa jadi bukti sosial yang kuat.

Pelanggan baru jadi mikir, “Wah ini kue kayaknya beneran enak nih, banyak yang suka.”

Bikin promo yang bikin orang nggak bisa nolak

Promo itu senjata ampuh, tapi harus dipakai dengan cerdas.

Jangan asal diskon, nanti malah Anda rugi dan pelanggan jadi manja nunggu murah terus.

Yang penting itu bikin promo yang terbatas dan spesial.

Contoh:

“Hari ini aja! Beli 2 box brownies dapet topping ekstra GRATIS. Stok cuma 10 box.”

Atau:

“Khusus pelanggan WA, kue tart 15 cm cuma Rp90.000. Berlaku sampai jam 9 malam.”

Promo seperti ini bikin orang terdorong buat ambil keputusan cepat.

Apalagi kalau dikasih kesan eksklusif, misal “khusus yang lihat status ini” atau “buat 10 orang pertama.”

Dan jangan lupa kasih reminder 1-2 jam sebelum promo habis.

Biasanya, mereka yang awalnya ragu jadi beli karena takut kehabisan.

Teknik ini namanya FOMO — Fear of Missing Out.

Dan yes, itu terbukti efektif buat ningkatin penjualan lewat WA.

Bangun kedekatan, jangan cuma jualan terus

Salah satu kesalahan umum dalam promosi itu: terlalu fokus jualan, lupa jadi manusia.

Ingat ya, pelanggan juga manusia, mereka suka ngobrol dan merasa diperhatikan.

Coba sekali-sekali kirim pesan personal kayak:

“Kak, gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya. Minggu ini ada menu baru loh, boleh saya kirim fotonya?”

Atau pas hari besar:

“Selamat Hari Ibu ya, Kak. Terima kasih sudah jadi pelanggan terbaik kami. Semoga rejekinya makin manis kayak kue kami.”

Pesan-pesan seperti itu bisa bikin pelanggan merasa dihargai, bukan cuma target penjualan.

Dan dari situ, loyalitas terbentuk pelan-pelan.

Mereka jadi inget terus sama brand Anda, bukan cuma karena kuenya enak, tapi juga karena pelayanannya hangat.

Kalau udah begitu, mereka bukan cuma beli, tapi juga bantu promosiin ke temennya.

Yang namanya pelanggan loyal itu aset jangka panjang, bos!

Bangun personal branding biar pelanggan inget sama Anda

Di balik kue yang enak, harus ada nama yang gampang diingat.

Itu namanya personal branding.

Karena kalau pelanggan cuma ingat rasa kuenya tapi lupa siapa yang bikin, ya mereka bisa beli di tempat lain.

Makanya penting banget untuk menonjolkan ciri khas Anda.

Misalnya, selalu pakai sapaan ramah, atau selalu upload foto bareng produk.

Gunakan nama WA yang profesional, contohnya: “Kue Rini - Bolu Kukus Lumer.”

Bukan cuma “Rini doang,” karena kalau cuma nama doang, pelanggan suka bingung ini siapa.

Selain itu, pakai foto profil yang nyambung sama usaha Anda.

Minimal logo, foto produk, atau senyum Anda bareng kue bikinan sendiri.

Konsisten juga dalam gaya komunikasi.

Kalau Anda selalu ramah, sopan, dan cepat tanggap, itu bakal jadi nilai lebih yang bikin orang balik lagi dan lagi.

Pelanggan tuh ingat siapa yang bikin mereka nyaman, bukan cuma siapa yang jual paling murah.

Balas chat dengan gaya yang bikin closing

Seringkali kegagalan closing itu bukan karena harganya, tapi karena gaya bales chat-nya kurang asik.

Contoh: pelanggan nanya, “Kuenya masih ada, Kak?”

Jangan cuma jawab, “Masih.”

Itu terlalu kaku dan bikin percakapan mandek.

Coba bales kayak gini:

“Masih ada, Kak! Yang rasa coklat lumer tinggal 3 box nih. Mau saya siapin satu?”

Lihat bedanya?

Jawaban kedua lebih aktif, ngajak ngobrol, dan langsung tawarin solusi.

Gunakan juga emoji secukupnya buat bikin suasana lebih hangat.

Dan satu hal lagi, kecepatan membalas juga ngaruh banget.

Kalau bisa, usahakan balas dalam 5–10 menit pertama.

Semakin cepat, peluang closing makin tinggi.

Kalau lagi sibuk, tinggal kirim auto-reply kayak:

“Hai Kak, makasih udah chat. Saya lagi di dapur, nanti saya balas yaa, ditunggu sebentar ya.”

Itu lebih sopan daripada dianggurin tanpa kabar.

Promosi di WA harus konsisten, bukan musiman

Ini nih yang sering terjadi: semangat promosi cuma di awal-awal.

Begitu orderan mulai sepi, langsung nyerah dan ngilang dari peredaran.

Padahal yang namanya jualan, butuh konsistensi.

Status WA harus rutin, minimal sehari 1 kali.

Bisa seputar produk, testimoni, tips dapur, atau ucapan selamat pagi yang manis.

Tujuannya biar nama Anda selalu nongol di status mereka.

Dan ketika mereka butuh kue, yang keingat ya Anda, bukan orang lain.

Kalau lagi ada stok berlebih, bukan panik, tapi manfaatkan buat flash sale dadakan.

“Hari ini aja! Cupcake vanilla tinggal 8 pcs, beli 2 gratis 1!”

Kalau nggak ada promo pun, tetap posting sesuatu.

Pelanggan itu kayak tanaman, harus disiram terus biar nggak layu.

Kalau Anda konsisten promosi, lama-lama WA Anda jadi tempat langganan mereka cari jajanan.

Dan itulah yang bikin usaha Anda tumbuh stabil, bukan cuma musiman doang.

Bikin katalog kue yang bikin orang pengen order semua

Katalog itu kayak menu restoran.

Kalau tampilannya asal-asalan, orang jadi males baca apalagi beli.

Jadi jangan cuma kirim foto satu-satu terus bilang, “Ini ada banyak macam, Kak.”

Pelanggan itu maunya praktis dan jelas.

Saran saya, bikin satu gambar berisi beberapa jenis kue lengkap dengan harga dan nama produknya.

Kalau Anda nggak bisa desain sendiri, bisa pakai Canva, tinggal drag-drop aja.

Atau minta tolong ke anak tetangga yang jago ngedit, kasih upah bolu kukus satu loyang juga seneng dia!

Berikut contoh elemen penting yang harus ada di katalog:

Elemen Katalog Fungsi
Nama Produk Supaya pelanggan tahu nama kuenya apa aja
Harga per item Biar nggak perlu tanya-tanya lagi
Deskripsi singkat Ceritakan rasa, tekstur, dan keunikan kuenya
Foto berkualitas Visual yang menarik bikin orang lebih tertarik beli
Kontak & cara pemesanan Langsung arahkan pelanggan ke tombol order

Kalau sudah punya katalog cakep, tinggal kirimkan lewat WA atau upload di status setiap seminggu sekali sebagai pengingat manis.

Dan ya, Anda boleh banget kasih bonus atau bundling di katalog biar makin menarik.

Hadapi pelanggan PHP dengan cara elegan

Setiap penjual pasti pernah ketemu pelanggan yang udah semangat nanya-nanya tapi ujungnya cuma bilang, “Nanti saya pikir-pikir dulu.”

Ada juga yang bilang, “Besok saya transfer ya,” terus hilang kayak mantan waktu diajak serius.

Tapi tenang bos, kita jangan baper.

Mereka bukan jahat, cuma belum prioritas aja belanjanya ke kita.

Yang bisa Anda lakukan adalah tetap follow-up sopan setelah 1–2 hari.

Contoh:

“Hai Kak, kemarin sempat tertarik dengan bolu gulung kita ya. Masih mau order atau mau lihat menu baru minggu ini?”

Kalau nggak dibalas, cukup diberi waktu dan jangan terlalu sering chat lagi.

Fokus ke pelanggan lain yang lebih serius.

Tapi tetap simpan nomornya, siapa tahu minggu depan dia baru punya rejeki dan ingat kue Anda lagi.

Yang penting, jangan sampai sikap kita jadi berubah jutek karena pernah ‘diPHPin’.

Jaga sikap, jaga nama baik, karena satu pelanggan puas bisa datengin lima pelanggan baru.

Kelola pesanan dengan sistem biar nggak keteteran

Kalau pesanan udah mulai ramai, Anda harus mulai punya sistem.

Jangan andelin ingatan doang, nanti bisa lupa mana yang udah dibayar, mana yang belum, mana yang mau diantar hari ini.

Saran saya, bikin tabel pemesanan harian, bisa pakai buku tulis atau Google Sheets kalau Anda sudah melek digital.

Formatnya gampang kok:

Nama Pelanggan Jenis Kue Jumlah Tanggal Kirim Status Pembayaran
Ibu Sari Tart Coklat 1 17 April Lunas
Rina Brownies Keju 2 18 April Belum Bayar

Dengan sistem seperti ini, Anda jadi lebih tenang dan pelanggan pun lihat Anda profesional.

Kalau semua rapi, pelanggan bakal makin percaya dan repeat order pun gampang banget terjadi.

Jaga kualitas kue biar promosi nggak sia-sia

Promosi boleh jago, status boleh keren, copywriting boleh maut.

Tapi kalau rasa kuenya zonk, ya pelanggan cuma datang sekali lalu pergi selamanya.

Jadi jangan cuma fokus di WhatsApp, tapi dapurnya juga harus beres.

Gunakan bahan yang bagus, ukurannya pas, dan jangan pelit topping cuma karena lagi promo.

Pelanggan bisa terima harga naik, tapi nggak bisa terima rasa yang turun.

Kalau mereka puas sama rasa dan kualitasnya, bahkan tanpa promosi pun mereka bakal nyari sendiri.

Kata kunci dari promosi WA yang sukses itu: konsisten rasa, konsisten layanan.

Kalau dua itu sudah Anda pegang, tinggal tunggu waktu sampai pelanggan berdatangan tanpa diminta.

Buat grup WhatsApp untuk komunitas pelanggan

Selain promosi lewat status dan broadcast, Anda juga bisa bikin satu level lebih deket lagi: grup pelanggan loyal.

Tujuannya bukan buat spam ya, tapi buat kasih info eksklusif dan membangun komunitas.

Kasih nama grup yang asik, misalnya: “Sahabat Bolu Rini” atau “Keluarga Brownies Lumer.”

Isi grupnya bisa berupa:

- Info menu baru

- Diskon khusus member

- Cerita di balik dapur

- Kuis dan giveaway kecil-kecilan

Dengan begitu, pelanggan merasa jadi bagian dari sesuatu yang spesial.

Dan mereka bakal lebih loyal karena merasa diperhatikan bukan cuma pas disuruh beli doang.

Oh iya, jangan lupa kasih aturan grup dari awal supaya nggak jadi grup gosip keluarga besar, ya bos.

Jangan pernah kehabisan ide promosi mingguan

Salah satu tantangan jualan lewat WA itu kadang kehabisan ide mau posting apa lagi.

Tapi sebenarnya, inspirasi itu ada di mana-mana.

Saya kasih contoh beberapa ide konten mingguan:

Hari Ide Konten
Senin Menu andalan minggu ini + testimoni pelanggan
Selasa Behind the scene pembuatan kue + cerita unik di dapur
Rabu Promo midweek spesial
Kamis Tips menyimpan kue atau tips masak ringan
Jumat Flash sale “jumat berkah” edisi terbatas
Sabtu Video pendek saat proses packing pesanan
Minggu Ucapan selamat minggu + polling ide menu baru

Dengan jadwal seperti itu, status WA Anda nggak akan monoton dan pelanggan juga betah mantengin tiap hari.

Yang penting jangan bosan, karena kalau Anda konsisten, pelanggan juga bakal konsisten balik lagi.

Pertanyaan Umum Seputar Promosi Kue di WhatsApp

Apakah promosi kue di WA efektif untuk pemula?

Sangat efektif, bos! Justru WA itu cocok banget buat pemula karena lebih personal, langsung nyambung ke calon pelanggan tanpa algoritma ribet.

Berapa kali sebaiknya update status WA dalam sehari?

Idealnya 1–3 kali sehari. Jangan terlalu sering nanti dianggap spam, tapi jangan juga terlalu jarang sampai orang lupa Anda jualan.

Apa solusi kalau status WA saya jarang dilihat orang?

Coba interaksi duluan lewat chat atau balas status mereka. Semakin sering berinteraksi, WA akan otomatis angkat status Anda ke atas layar mereka.

Boleh nggak kirim broadcast tiap hari?

Jangan, bos. Broadcast tiap hari bikin capek pelanggan. Cukup 2–3 kali seminggu, dan isinya harus bervariasi dan bernilai.

Gimana kalau saya malu promosi ke kontak WA sendiri?

Buang jauh-jauh rasa malu itu. Mereka teman Anda, bukan musuh. Siapa tahu mereka butuh dan jadi pelanggan pertama yang loyal.

Post a Comment